Rabu, 22 Juni 2011

Umur Boleh Bertambah, Tapi Jangan Lupakan Sejarah Kota Dong...

Kota Pekanbaru Tempo Doeloe




Laporan Andre Vetronius
.
    Hanya sedikit bangunan tua yang tersisa di Pekanbaru, itupun barang kali akan segera tergusur. Seperti Pasar Pusat telah dibangun Komplek Pasar Sukaramai, yang lebih dikenal dengan Plaza Ramayana. Jadi jika ingin bernostalgia dengan Pekanbaru tahun 70-an saja sekarang sudah susah. Dimana lagi Pasar Pusat yang dulu, yang dikenal dengan Blok M-nya Pekanbaru? Mana lagi Bioskop Lativa? Bioskop Asia? Kantor Walikota sebelah Wirabima mana? Semua itu telah lenyap ditelan masa yang tidak peduli dengan jasa zaman.

    Kalau dilihat dari posisi perkembangan kota Pekanbaru berawal dari Pasar bawah dekat pelabuhan dimana terdapat ruko-ruko kuno terbuat dari kayu sekarang dipenuhi orang penjual ban Bekas dan pelek Racing. Kemudian di jalan Ir.H. Juanda dibelakang RRI di perempatan jalan Karet, terdapat bangunan berupa penginapan di depannnya tertulis “LOSMEN PAKANBARU” dilosmen itulah barangkali pusat kota Pekanbaru.

    Di pasar Lima puluh dulu juga dekat dengan sungai Siak, terdapat terminal kereta api zaman Jepang. Erat kaitannya antara Pekanbaru dengan Sungai Siak, karena dari sinilah transportasi yang paling utama atau gerbang masuk kekota Pekanbaru. Didekat pelabuhan terdapat rumah kepala Bea Cukai. Sedangkan Wirabima yang dulu dan Kantor walikota dulu sudah dibangun Mall Pekanbaru.



    Jika anda pernah ada di kota Pekanbaru mungkin anda pernah dengar kata Senapelan. Kata ini sering muncul di kota Pekanbaru; mulai dari nama Kecamatan, nama pasar, nama plaza, nama jalan, Nama Terminal angkot. Sebenarnya nama apakah senapelan itu? Tidak banyak yang tahu.

    Sebenarnya kata senapelan itu berasal dari nama sebuah jalan yang terletak antara pasar bawah dan pasar kodim. Kenapa jalan itu bernama senapelan? Orang Belandalah yang memberi nama seperti itu. Jalan itu, yang kini bernama jalan senapelan terletak di bagian kiblat dan sedikit melingkari Masjid raya Pasar bawah tembus melewati RS Tentara kemudian melengkung tembus ke jalan yang sekarang bernama jalan Ahmad Yani.

     Oleh orang Belanda dahulu dinilai jalan yang strategis, jalan yang tersembunyi, tidak kelihatan seperti ada jalan sehingga dapat menyebabkan orang menyelinap atau meloloskan diri sehingga jalan tersebut dinamakan “Ontsnappen overslaan” yang terjemahan bebasnya jalan menyelinap untuk membebaskan diri.

    Hingga kini nama jalan yang dibuat oleh Belanda tersebut berubah menjadi nama daerah yang dengan logat melayu menjadi Senapelan. Kota yang tidak lagi memiliki lingkungan lama yang bernilai sejarah atau bangunan kuno yang lazimnya berpenampilan estetis, pada hakekatnya serupa saja dengan kota yang tak punya bayangan.

    Korban-korban pembantaian dan penggusuran bangunan kuno bersejarah di segenap penjuru tanah air sudah terlalu banyak, dan diharapkan tidak bertambah lagi. Apalagi di Pekanbaru hanya tinggal beberapa bagunan kuno bersejarah lagi, kalau kecenderungan tersebut dibiarkan berlangsung, maka akan lenyap pulalah ciri-ciri khas dan jati diri Kota Pekanbaru yang tercermin antara lain dari keberadaan warisan arsitektur peninggalan masa lampau.

    Warisan budaya harus dilihat sebagai asset integrasi suatu bangsa yang dapat beriuran menciptakan kebangsaan nasional. Latar sejarah secara fisik dan visual sepatutnya dijaga jangan sampai hilang atau terkubur bersama aktor-aktor pelakunya. “Old historic building should never die, neither fade away”, begitu kata kaum conservationstis.

    Pertama, kesadaran dan komitmen yang tinggi dari para pejabat pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah.Kedua, keterlibatan sektor swasta dan pengusaha terkemuka, khususnya dalam penyisihan dana untuk kepentingan pelestarian warisan budaya. Ketiga, penerapan sistem insentif dan disinsentif atau bonus dan sanksi dalam pelaksanaan program konservasi, misalnya dalam hal perpajakan atau perizinnan bagunan.

    Terakhir, tetapi justru yang tidak kalah pentingnya adalah perangkat peraturan dan perundangan yang mantap guna mewadahi tuntutan perkembangan zaman, seperti tututan para wakil rakyat kita.

    "Umur boleh bertambah, tapi jangan lupakan sejarah kota dong,"?. Hal ini diungkapkan oleh Andre, Vetronius Mantan Ketua Komisi C IKAHIMSI (Ikatan Mahasiswa Sejarah Se-Indonesia).
   
Kota Pekanbaru Sekarang

Hut Pekanbaru

    Karangan bunga yang berisikan ucapan selamat Hari Jadi Pekanbaru ke-227,serta baliho-baliho berjejeran di sepanjang jalan Sudirman umumnya, khususnya di halaman Kantor walikota Pekanbaru Sudirman telah terpasang satu persatu. Hiasan demi hiasan telah mewarnai Kota Pekanbaru dalam menyambut Hari Jadi Kota Pekanbaru, yang akan diselenggarakan besok.
    Tampak juga Puluhan orang Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kota Pekanbaru  mengenakan pakaian Melayu dalam rangka menyambut  Hari Ulang Tahun (HUT) ke-227 Kota Pekanbaru,Kamis, (23/6). Pemko Pekanbaru sendiri sudah menyiapkan serangkaian kegiatan untuk merayakan hari jadi pusat ibukota Provinsi Riau. Hal itu berkaitan dengan imbauan walikota Pekanbaru. 

    Kota Pekanbaru sekarang telah menjelma sebagai kota metropolitan. Gedung-gedung megah yang berada di Kota Pekanbaru juga mewarnai kemeriahan Hut Pekanbaru. Berbagai acara telah dilakukan buat menyambut hari jadi pekanbaru ini. terlihat pasukan kuning juga ikut andil besar dalam kemeriahan kota Hut Pekanbaru saat ini. Apakah Perayaan Ulang Tahun Kota Pekanbaru saat ini di rasakan oleh semua pihak?

    Sementara itu, Tengku Firdaus SE saat dihubungi Haluan Riau menceritakan sejarah terbentuknya Pekanbaru yang dipelopori Marhum Pekan yang bergelar Sultan Abdul Jalil Ala Muddinsyah. Almarhum dikenal sebagai orang pertama mendirikan Kota Pekanbaru. Asal kata dari Pekanbaru adalah sebuah pasar yang dibangun baru. Dulunya nama pasar lebih kental dengan sebutan pekan. Dari nama itu pula, akhirnya ditetapkan sebuah nama untuk kota bertuah ini dengan sebutan Pekanbaru.

    Wali Kota Pekanbaru menitipkan pesan kepada Tengku Firdaus, sebagai salah satu keturunan ke delapan Marhum Pekan untuk dapat membuatkan buku yang memaparkan tentang silsilah keluarga mereka. Sehingga kedepannya masyarakat tahu siapa saja nama-nama keluarga dari Marhum Pekan tersebut.

    ‘’Kita minta kepada Pak Tengku Firdaus ini untuk dapat menerbitkan buku yang berisi tentang silsilah keluarga mereka, nanti kita akan bantu dalam pencetakan bukunya. Setidaknya ini bisa menjadi tanggung jawab Dinas Kebudayaan dan Pariwisata di dalam mempromosikan tempat wisata budaya ataupun religius ini,’’ ungkapnya menirukan kata-kata yang disampaikan oleh Walikota Pekanbaru.

Wako-Wawako Gagal

     Dony Yusrizon, pemerhati sosial dan Kota Pekanbaru mengatakan kinerja yang dilakukan oleh Walikota Pekanbaru tidak berjalan sebangaimana mestinya. seperti air bersih yang dijanjikan, sampai sekarang tidak terealisasi. Bangunan-banguanan yang meresahkan warga seperti Penangkaran walet pun tidak bisa diatasi oileh Pemko Pekanbaru.
    
      Menanggapi permasalahan tersebut Donny Yusrizon, Pemerhati sosial dan kota Pekanbaru mengatakan di dalam Perda walet sudah diatur bahwa tidak dibenarkan adanya penangkaran burung walet di pemukiman padat penduduk dengan jarak yang telah ditentukan, namun ternyata di lapangan ditemukan bangunan walet yang baru,” jelasnya

    Di samping itu, bagi penangkaran walet yang lama atau yang telah terdata untuk melakukan relokasi. Pemerintah daerah harus menyediakan tempat-tempat penakaran burung walet agar masyarakat tidak diresahkan.

    Ia juga menyorot izin bangunan IMB yang menyalahi izin bangunan yang semeskinya. Oleh sebab itu, pihaknya berharap agar izin IMB dapat ditinjau ulang kembali, apakah telah sesuai fungsi pemakaian atau tidak, seperti bangunan ruko baru, ternyata di bagian atas digunakan untuk sarang walet. “Di sini harus ada pengawasan yang ketat dari dinas terkait, apakah izin bangunan sesuai fungsi pemakaiannya,” ungkapnya.

     Hal senada juga disampaikan sejumlah BEM perguruan tinggi di Pekanbaru. BEM menilai kinerja Walikota Herman Abdullah berserta wakil walikota Erizal Muluk alami kegagalan. Hal itu disampaikan dengan ungkapan kekecewaannya atas kinerja  walikota selama ini.  "Kami kecewa setelah memperhatikan kinerja walikota Herman Abdullah selama satu periode terakhir. Kami punya beberapa alasan yang cukup rasional. Untuk itu saya mengatakan, Walikota -Wakil walikota gagal mengemban amanah rakyat", ujarnya.

    Menurut penjelasannya, ada beberapa alasan pihaknya menilai walikota gagal mengemban amanah rakyat. Pertama, wali­kota-wakil walikota gagal merea­lisasikan visinya terkait pemin­dahan lokasi industri dari pusat kota ke Tenayan Raya.

    Kedua, Visi walikota Herman Abdullah menjadikan Pekanbaru beriman dan bertaqwa sama sekali tidak terwujud. Buktinya, menjamurnya tempat hiburan berbaur maksiat ditengah-tengah kota.  "Pemerintah seperti tidak ada upaya untuk menertibkan tempat-tempat hiburan yang mengundang maksiat itu. Dulu Telaju sudah ditutup, tetapi hal tersebut bagaikan lip servis saja. Karena hal serupa, juga hidup di tempat-tampat lain", ujarnya lagi.

    Ketiga, gagalnya pemerintah mengatasi masalah banjir. Pihak­nya mengakui, tidak adanya komitmen pemerintah untuk mengatasi masalah banjir. "Peme­rintah tidak komitmen mengatasi banjir disejumlah titik rawan, sedangkan sistem drainasenya buruk", tambahnya.

    Keempat, tidak adanya solusi mengenai PKL. Walaupun sering digusur tetapi tidak carikan jalan keluar untuk PKL. Eko juga menyampaikan, agar Walikota belajar kepada Walikota Solo.  "Di kota Solo, penertiban PKL tidak merugikan salah satu pihak. Akan tetapi ada solusi terbaik untuk PKL sendiri. Jadi, ketika ada penertiban, petugas mem­berlakukan PKL secara manu­siawi, bukan digusur dengan cara yang tidak manusiawi. Sehingga tidak ada percek-cokkan anatara PKL dengan petugas", jelasnya.

    Kelima, tidak adanya pemerataan pendidikan. Terlihat, sekolah-sekolah unggul hanya ada ditengah-tengah kota. Sedangkan di pinggir kota sama sekali tidak ada,padahal masyarakat juga butuh sekolah yang mempunyai fasilitas lengkap.  Kemudian, menurutnya, tidak adanya upaya pemerintahan menyekolahkan anak-anak jalanan. Sedangkan, komunitas tanpa sokongan dana pemerintah bisa melakukan itu. seperti Komunitas Akar (aka­demi rakyat) bersetungkin untuk memberikan pendidikan gratis kepada anak-anak putus sekolah dengan biaya terbatas dan tempat yang berpindah-pindah.

    Di Tempat terpisah, Presiden BEM Unri Adi Hamdani mem­benarkan hal tersebut. Bahkan, pihaknya menambahkan bebe­rapa kegagalan Herman Abdul­lah selama menjabat walikota pekanbaru. Diantaranya, Pihak­nya menilai walikota gagal menata pasar kodim.  "Pasar Kodim gagal menjadi pasar. Karena, pasar modern yang dibangun hanya sia-sia saja. Selain ratusan petak tokonya yang tidak berisi, masya­rakatpun enggan belanja di sana", katanya kepada Haluan Riau.

    Tidak itu saja, dia men­jelaskan kegagalan pasar Kodim dibuktikan dengan banyaknya masyarakat membuat pasar kaget. Hampir disetiap kecamatan, atau dipinggir jalan yang agak lapang, masyarakat membuatnya menjadi pasar. Itupun diminati pengun­jung. Selain tidak ada sewa tempat, harga-harga di pasar yang terbuat secara kaget itu pun murah.  "Misalnya, di kawasan Marpoyan, ada sekitar 3 pasar kaget", katanya lagi.

    Kemudian, BEM Unri meni­lai master plan tata kota tidak jelas. Hal itu dibuktikan dengan semrautnya tata kota. Pemba­ngunan tidak merata dan banyak yang sia-sia, seperti ruko-ruko yang tidak dimanfaatkan. Selanjutnya, terminal bus tidak memberikan dampak yang bagus kepada masyarakat. Se­dangkan biaya pembangunan terminal bus AKAP itu ratusan miliar rupiah. Tetapi, BEM Unri, sangat menyayangkan tidak adanya ketegasan pemerintah untuk menindak-lanjuti persoalan itu.  "Anehnya lagi, Lahan milik pak Kimar di jalan Soekarno-Hatta tidak dapat ditindaklanjuti dengan baik oleh walikota. Padahal, kasus itu sudah ber­tahun-tahun", katanya.

    Disamping itu, presiden BEM UIN Suska Suparman, juga membenarkan hal-hal yang disampaikan BEM UIR dan UNRI. Menurutnya, aksi de­mons­trasi yang dilakukan BEM dan organisasi ekstra kampus Rabu kemarin, adalah wujud kekecewaan masyarakat.(Andre Vetronius)


1 komentar: